top of page

Pilihan Makananku, Masa Depan Bumiku

Siapa yang belum tau masakan rendang daging sapi yang diakui sebagai makanan terenak di dunia? Faktanya, di balik rasanya yang enak ada dampak besar buat lingkungan dari setiap kilogram daging sapi yang kita konsumsi. Yuk, kita bahas bersama-sama!


Jejak karbon proses makanan daging sapi

Konsumsi Daging Sapi di Indonesia dan Dunia

Di Indonesia, rata-rata orang makan sekitar 2,9 kg daging sapi per tahun. Kondisi ini tidak sebanyak negara-negara maju seperti Amerika Serikat, yang konsumsi daging sapinya lebih dari 25 kg per orang per tahun. Tapi ingat, jumlah penduduk Indonesia jauh lebih banyak.

Secara umum, kebutuhan produksi daging sapi terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sayangnya, di balik kegiatan tersebut ada banyak masalah yang membuat bumi kita "kepanasan."

Mengapa Daging Sapi Tinggi Jejak Karbon?

Jejak karbon adalah istilah untuk mengukur gas rumah kaca yang dihasilkan dari suatu aktivitas. Nah, daging sapi adalah salah satu makanan dengan jejak karbon tertinggi dibandingkan makanan lainnya. Mari kita runut aktivitas yang diperlukan sebelum kita bisa menyantap masakan berbahan daging sapi:

  1. Pemakaian Lahan dan Deforestasi

    Konversi lahan untuk peternakan, terutama yang melibatkan deforestasi merupakan salah satu penyumbang terbesar jejak karbon daging sapi. Proses ini menghasilkan emisi sekitar 16–18 kg CO2e per kilogram daging sapi.

    Lahan yang sebelumnya berupa hutan menyerap karbon dalam jumlah besar, tetapi kehilangan kemampuan ini saat diubah menjadi tempat penggembalaan ternak​.

  2. Emisi dari Fermentasi Enterik

    Sapi menghasilkan metana melalui proses pencernaan mereka. Gas metana ini memiliki efek pemanasan global yang jauh lebih kuat dibandingkan karbon dioksida. Total emisi dari fermentasi enterik mencapai sekitar 40–45 kg CO2e untuk setiap kilogram daging sapi​.

  3. Produksi Pakan Ternak

    Produksi pakan, termasuk tanaman seperti jagung dan kedelai, menyumbang sekitar 1,9–3 kg CO2e. Faktor lain seperti pemakaian pupuk kimia dan transportasi bahan baku turut berkontribusi pada angka ini​.

  4. Pengolahan Daging

    Transformasi daging mentah menjadi produk siap konsumsi, seperti daging cincang atau steak, menambah emisi sekitar 1,3 kg CO2e. Proses ini melibatkan pemakaian energi untuk pemotongan, pendinginan, dan pengemasan​.

  5. Transportasi

    Transportasi menyumbang sekitar 0,3–0,5 kg CO2e. Sebagian besar makanan diangkut melalui kapal laut yang lebih efisien dibandingkan transportasi udara, sehingga emisinya relatif rendah​

  6. Retail dan Penyimpanan

    Penyimpanan daging di chiller atau kulkas di toko ritel memberikan kontribusi tambahan sebesar 0,2 kg CO2e

  7. Pengemasan

    Emisi dari pengemasan, seperti plastik dan bahan pembungkus lainnya, juga kecil, yaitu sekitar 0,2 kg CO2e


Dampak Besar untuk Bumi

Secara total, produksi 1 kg daging sapi menghasilkan 50–60 kg CO2e. Ini jauh lebih besar dibanding makanan nabati seperti kacang-kacangan atau tahu, yang emisinya biasanya hanya 5%-nya, yaitu 2–3 kg CO2e.

Ditambah lagi terdapat kebutuhan air. Untuk menghasilkan 1 kg daging sapi, dibutuhkan sekitar 15.000 liter air—jumlah yang luar biasa besar dibanding kebutuhan air untuk makanan lain.​


Makanan Berdasarkan Jejak Karbon

Bagaimana Kita Bisa Membantu?

Tidak harus langsung berhenti makan daging sapi, kok. Kita bisa mulai dari langkah kecil yang lebih realistis, misalnya:

  • Kurangi porsi daging sapi di menu mingguan

  • Ganti dengan protein nabati seperti tempe, tahu, atau kacang-kacangan

  • Coba gaya hidup "Meatless Day"—satu hari tanpa daging dalam seminggu.




Pilihan makanan kita bisa membuat perubahan besar untuk bumi. Mulai dari hal kecil dulu, bisa menjadi langkah besar buat masa depan yang lebih baik. 🌱

Comments


bottom of page